Selamat Datang di blog Neneng

Kamis, 06 Agustus 2009

ASAL BUKAN SAYA

Prihatin sekali melihat keadaan kehidupan masyarakat kita.Sudah jauh dari bahagia,banyak harta,apalagi soal sejahtera,Jauuuuuuuh.Entah dosa apa yang dilakukan masyarakat kita dan para pemimpinnya,sehingga orang yang asli tinggal diIndonesia ini jauh dari kesan Sejahtera.Selidik punya selidik,masyarakat kita tidak terbiasa bicara jujur,demikian pula para pemimpin kita.Bila bahasa masyarakat bilang jujur itu tidak sopan (kalau bahasa Sundanya togmol),sedangkan para pemimpin itu bila bicara jujur itu tidak diplomatis atau tidak mikul duwur mendem jero.Oaalah sampai bingung dengan tingkah polah mereka ini.(masyarakat dan pemimpin).Sebagai contoh kecilnya dalam masyarakat adalah ketika ada anggota keluarga mereka yang kentut alias buang gas,si pelaku kentut ini tak akan langsung mengakui kalau mereka ini kentut.Ia akan beralibi menyangkal semua tuduhan anggota keluarga yang menuduhnya kentut.(he...he...kayak dalam detektif Conan saja pakai alibi).Baru setelah alibi terbantahkan si pelaku kentut ini akan ngaku dan minta maaf.Coba ya dari tadi sebelum pada heboh dan saling tuduh.Sedangkan para pemimpin bila ada masalah pasti yang keluar adalah bahasa "Ya bukan kewenangan saya disini untuk menjelaskan,lebih baik tanya langsung pada yang bersangkutan".Bukankah bila ada satu divisi dalam pemerintahan melakukan kesalahan,secara tidak langsung juga divisi yang lain akan mengetahuinya.Kenapa harus ditutupi?.Pasti ada keprihatinan yang mendalam kenapa kita begitu sinis dengan bangsa kita sendiri,selain kasus di atas.Mental asal bukan saya juga ada pada kehidupan dijalan raya.Rangkaian sepeda motor bagai tak putus,mempersulit mobil yang akan membelok-bahkan ketika lampu sein telah lama berkedip memberi isyarat.Para pengendara itu seolah bilang,"Beloknya nanti saja,setelah saya lewat."Biar orang lain yang memberi jalan,bukan saya."Herannya,itu tak cuma terjadi di Jakarta.Iringan Angkot yang menunggu anak sekolah di depan SMPN I Kuningan dan di depan SMPN IV Kuningan juga memprihatinkan.Yang parah itu yang di depan SMPN I,Angkot berhenti seenaknya saja tanpa memberi jalan untuk pengguna yang lain,Berhenti pas di depan pintu perpustakaan daerah.Pak Polisi yang menjaga di daerah itu seolah kewalahan mengatasi hal tersebut.Kita tak mau mengalah,itu bagus kalau konteksnya tepat.Tapi saat harus memberi kesempatan bagi orang yang (mungkin lebih)membutuhkan,semangat tidak mau mengalah itu jelas salah.Yang terjadi dikalangan mahasiswa adalah keengganan mengantarkan kartu atau bicara mengeluarkan pendapat mereka apabila ditanya mengenai suatu materi oleh dosen.Pemandangan yang terlihat adalah diam seribu bahasa.Takut salah dan disalahkan.Diejek teman masih menjadi momok yang menakutkan.Berbeda bila diluar pertanyaan dosen,mahasiswa ini akan lancar berbicara,mengeluarkan pendapat,apalagi bila membicarakan kekurangan teman atau kekurangan dosen.Lancar,selancar jalan tol.Kalau konteksnya adalah pemenuhan naluri egosentris,lagi-lagi jalan raya juga tak kurang menyajikan bukti.Misalnya kecelakaan karena pelanggaran rambu,atau bus penuh penumpang yang dihajar kereta api setelah menerobos palang pembatas."MENTAL ASAL BUKAN SAYA "juga menjadi pertanda lepasnya tanggungjawab seseorang.Atau pemalu.Bahkan pengecut.Bila ada apa-apa,biar orang lain saja.Maka disetiap seminar atau rapat besar,kursi terdepan sering kosong karena orang enggan menanggung resiko bila ada apa-apa.(memangnya kursi di bioskop ya...No.I itu ya di belakang)Padahal di waktu yang berlainan,orang saling sodok didepan loket karcis,saling injak berebut kupon sedekah atau BLT.Dalam hal ini sikap yang berlaku adalah sikap "Biar saya duluan."Tak peduli orang lain kebagian atau tidak.Ironis ya?Semoga sedikit tulisan ini dapat membuka mata hati kita tentang sikap-sikap buruk kita yang selayaknya harus kita rubah.

*Daftar pustaka:Majalah Intisari edisi Agustus 2009,hal 184


by nchi 6 agustus 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar