Selamat Datang di blog Neneng

Selasa, 09 Maret 2010

Catatan Kecil

Belajar sastra,belajar menghargai hidup dengan perasaan cinta.
Bagaimanapun sastra mengubah paradigma perasaan kita.
Tak ada kata yang jelek dan tak bermakna dalam sebuah karya sastra.
Benci terhadap seseorangpun tidak kita ungkapkan langsung benci.
Selalu ada ungkapan yang baik terhadap perasaan kita.
Dengan kata lain,belajar sastra berarti belajar mengendalikan emosi diri.
Entah itu emosi negatif atau emosi positif.
Lantunan kata yang terurai dalam setiap kalimat atau bait,
dapat menyihir kita memasuki alam lain.
Imajinasi kita bermain dengan lincah dan terganggu.
Membayangkan tokoh,pemikirannya,dan juga alur dari setiap rentetan peristiwa.
Meminjam ungkapan sastrawan handal Soni Farid Maulana,
bahwa karya sastra lahir dari pengalaman pribadi sastrawannya.
Hal tersebut benar adanya.Entah langsung atau tidak langsung,ada peristiwa yang
menggelitik perasaan sastrawan untuk menghadirkannya dalam sebuah karya sastra.
Baik Puisi,Prosa,atau Drama.
Bagi kita penikmat sastra,karya satra dapat menjadi media pembelajaran mengenai
nilai moral yang tidak kita dapatkan dibangku sekolah.
karena karya sastra selalu hadir dengan sejuta persoalan kehidupan.
Yang menjadi hambatan dalam apresiasi karya sastra adalah selain buku-buku penunjang yang
sulit didapatkan yaitu gaya pembelajaran pendidik terkesan monoton.
Sebagai contoh,pembelajaran sastra di tingkat SD lebih kepada pemahaman kognitif,
tidak langsung belajar dengankarya sastranya.
Masih berkutatnya teori-teori,tanpa pengenalan secara langsung
karya sastra itu seperti apa.
Harapan kedepannya,ada lokakarya yang dipasilitasi pemerintah sebagai wujud dukungan
pemerintah terhadap pembelajaran sastra di Indonesia.
Semoga bakat-bakat yang sudah terlahir tidak sia-sia karena tidak dihargai dan tidak
didukung dengan sikap yang tidak acuh.

Salam manis selalu
d'Sri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar